Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia Sektor Non Migas 2009 - 2011

BAB I
LATAR BELAKANG
Usai mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 lalu, Indonesia secara bertahap mampu bangkit kembali dari masa keterpurukan dengan momentum – momentum yang terus digapai. Pergantian – pergantian Presiden pada masa Reformasi ternyata memberikan dampak yang cukup bagus bagi kegiatan perdagangan Indonesia namun pada sisi lain sector – sector dari turunan masa orde baru masih belum teratasi akar permasalahannya. Hingga pada akhir 2008 perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika serikat, Leman Brothers mengalami kolaps atau kebangkrutan. Inilah yang menjadi awal drama dari krisis ekonomi dunia, siapa yang menyangka negara dengan mengagung – agungkan system perkonomian kapitalis ini bisa mengalami keruntuhan.

Hanya beberapa saat setelah mengalami keruntuhan perekonomian negara – negara seperti Singapura, Hongkong, China, Korea Selatan, dan Australia mengalami penurunan transaksi bursa saham. Bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus disuspend dalam beberapa hari.
Krisis inilah yang menyebabkan pemerintah Indonesia mengalami kepanikan yang berlebihan, karena Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih tergantung dengan negara lain termasuk Amerika Serikat. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kegiatan perdagangan ekspor – impor Indonesia. Hingga akhirnya, pemerintah pun kembali membangun kondisi perekonomian Indonesia dengan menguatkan sector – sector yang dianggap bisa membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi seperti ekspor komiditi – komoditi utama di sector Non Migas dan Migas.
Di dalam komoditi – komoditi utama Non Migas terdapat beberapa hasil – hasil dari pertanian, perkebunan, perikanan dan hasil hutan yang diharapkan dapat menambah devisa negara sehingga neraca perdagangan menjadi surplus yang dampaknya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    LANDASAN TEORI
Krisis yang melanda dunia pada kuartal ke-3 tahun 2008 menyebabkan pemerintah Indonesia mengalami kepanikan yang berlebihan, karena Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih tergantung dengan negara lain termasuk Amerika Serikat. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi kegiatan perdagangan ekspor – impor Indonesia. Dan pemerintah pun kembali membangun kondisi perekonomian Indonesia dengan menguatkan sector – sector yang dianggap bisa membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi seperti ekspor komiditi – komoditi utama di sector Non Migas dan Migas.
Seperti kebanyakan negara berkembang lainnya, Indonesia masih sangat tergantung dengan kondisi hasil bumi terutama di sector pertanian, perkebunan dan hasil hutan. Hal ini secara tidak langsung meningkatkan produksi dalam negari di sektor Non Migas dan merupakan komoditi utama dalam menopang ekspor Indonesia selain sector migas. Dalam kurun waktu 2009 sampai 2011 sektor Non Migas berkembang pesat karena secara ekonomi global Indonesia termasuk satu dari tiga negara yang yang mampu meningkatkan kinerja ekspor hingga ke tingkat yang lebih baik sebelum krisis global melanda, suatu hal yang mengindikasikan bahwa sedang terjadi proses pemulihan kinerja ekspor di Indonesia, sehingga para investor dalam maupun luar negeri melirik sector ini dengan menyuntikkan dana besar – besaran di dalamnya. Dari semua lini di dalam sector Non Migas, peran negara – negara pengimpor sangat vital karena hampir semua ekspor Indonesia dapat diserap dan menjadi salah satu negara tujuan Indonesia di samping negara – negara lain.
Non Migas dalam arti sempit ialah diluar gas dan bumi sedangkan dalam arti luas adalah barang yang diproduksi dari selain sumber daya yang diambil dari dalam tubuh bumi, seperti hasil perkebunan, pertanian, perikanan dan hasil hutan.(www.kamusbesar.com)
Dalam kurun waktu 2009 – 2011 tersebut kondisi neraca perdagangan Non Migas mengalami kenaikan signifikan daripada sebelum krisis dunia pada tahun 2008 lalu. Ini terjadi karena kontribusi dari 10 barang komoditi utama yaitu, kopi, kakao, udang, otomotif, alas kaki, produk hasil hutan, karet dah produk karet, elektronik dan TPT serta pada tahun 2010 terjadi pemberlakuan ASEAN – Korean Free Trade Area (AKFTA), ekspor Indonesia mengalami peningkatan ke Korea. (Anonim, 2010)
Pada akhirnya dalam laporan Bank Dunia pada kuartal ke-2, Indonesia merupakan satu dari tiga negara yang mampu meningkatkan kinerja ekspor melampaui level sebelum krisis ekonomi global. Lebih lanjut lagi, nilai perdagangan yang di lakukan tiga negara ini melebihi dua tahun yang lalu, saat dimana lonjakan harga mulai mempengaruhi perdagangan dunia. Hongkong jauh melampaui perolehan Indonesia dan China dengan meningkat 20,8% nilai ekspor dari tahun 2008 lalu, disusul oleh China dengan 14,7%, sementara Indonesia 4,9%.(Yati Nuryati, 2010)
Namun pada tahun 2011 terjadi berbagai peristiwa yang menguncang kondisi perekonomian dunia pasca gempa dan tsunami Jepang, krisis di Mesir, krisis Libya dan negara – negara Timur Tengah lainnya. Dengan kondisi perekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih di Eropa dan Amerika bagian Utara menjadi hal yang cukup menarik perhatian untuk dibahas.
B.     ULASAN
Menteri Perdagangan yang diwakili oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri dalam koferensi pers mengenai kinerja ekspor impor pada 1 April 2011 yang lalu. “Ini merupakan perkembangan yang mengembirakan,” kata Deddy Saleh.
Dengan kondisi neraca perdagangan Non Migas yang terus merangkak naik, para pengamat dan pemerintah sendiripun dapat membusungkan dada di level internasional pasca krisis dunia pada tahun 2008. Setiap tahunnya pertumbuhan sector Non Migas terus mengalami perkembangan karena tidak hanya di sepuluh sector komoditas utama yaitu kopi, kakao, udang, otomotif, alas kaki, produk hasil hutan, karet dah produk karet, elektronik dan TPT saja tetapi semakin berwarna.
Masalah ini terjadi pada awal tahun 2009 pangsa pasar ekspor Indonesia mengalami penurunan karena masih terjadi dampak krisis dunia di tahun 2008. Selain itu kelangkaan pembiayaan perdagangan juga berperan dalam menurunnya ekspor dunia. Kawasan yang terkena imbas penurunan ekspor terbesar adalah Timur Tengah yang turun sebesar 30,5%, diikuti Uni Eropa 22,8%, Amerika Utara 21,8% dan Asia 20,9%(Grafik 1).

Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Ekspor Dunia 2009
Selain factor – factor tersebut, pangsa pasar dunia tahun 2009 tidak lagi melirik Eropa dan Amerika Utara tetapi telah bergeser ke Asia. Pada tahun 2005 pangsa pasar Eropa dan Amerika Utara berubah dari 39% menjadi 38% dan 18% menjadi 15% di tahun 2009. Sedangkan di Asia dan Timur Tengah berubah cukup signifikan dari 27% dan 4% menjadi 31%dan 5%.

            Kondisi ini terjadi karena diserfikasi pasar ekspor Indonesia, yang mulanya dari negara tradisional ke negara yang lebih modern. Pada periode Januari – Februari 2005 lima negara menjadi pangsa pasar Indonesia yaitu China, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Malaysia dengan mencapai 51% ekspor Non Migas. Pada Januari – Februari 2010 pangsa kelima negara utama tersebut turun menjadi 47%, akan tetapi terdapat dua negara yang mengalami kenaikan yaitu Malaysia dan China. Diluar pangsa pasar lima negara tersebut Korsel dan India mengalami kemajuan masing – masing menjadi 6% dan 8% (Grafik 2).

Grafik 2. Difersifikasi Pasar Ekspor Non Migas 2010

































Dari 10 komoditas utama yaitu, kopi, kakao, udang, otomotif, alas kaki, produk hasil hutan, karet dah produk karet, elektronik dan TPT tetap menjadi primadona ekspor Non Migas pada tahun 2010, kecuali udang dan kopi yang mengalami penurunan di tahun 2009. Tetapi dalam perjalanannya komoditas – komiditas di dalam Non Migas mengalami perubahan terutama di bidang manufaktur yang naik secara signifikan.

            Imbasnya neraca perdagangan pada awal tahun 2010 mengalami surplus US$ 1,7 miliar, yang terdiri dari Non Migas sebesar US$ 1,6 miliar dan migas US$ 0,1 miliar. Surplus ini melebihi torehan di awal tahun 2009 sebesar US$  0,6 miliar atau naik 49,5%(Grafik 3). (Robert James Bintaryo, 2010)
Grafik 3. Neraca Pedagangan Indonesia Awal 2010

Tidak mengherankan jika kondisi neraca perdagangan mengalami surplus melebihi tahun – tahun sebelumnya karena di tahun 2010 terjadi peningkatan ekspor di negara mitra FTA dan negara – negara emerging economic. Lebih jauh lagi, pada tahun ini juga telah dibukanya perdagangan ASEAN – Korean Free Trade Area (AKFTA), ekspor Indonesia mengalami peningkatan tajam ke Korea. Selama awal 2010 ekspor Non Migas ke Korea mencapai US$ 1,03 miliar, meningkat 111,5% dibanding periode yang sama pada awal tahun 2009 yang mengalami penurunan sebesar 36,1%. Peran Korea sebagai pasar tujuan ekspor Indonesia mengalami perubahan yang positif, dimana pangsanya dalam ekspor Non Migas mengalami peningkatan, dari 3,9 % menjadi 5,6%. Produk ekspor Indonesia ke Korea pada awal 2010 (data terakhir BPS) didominasi oleh batubara, sebesar 69,6% dari total ekspor ke Korea dengan pertumbuhan 171,9%. Produk lainnya adalah bijih, kerak dan abu logam, tembaga, bubur kayu/pulp, mesin/peralatan listrik, serat staple buatan, bahan kimia anorganik, kayu dan barang dari kayu, karet dan barang dari karet, bahan kimia organik dengan pangsa masing-masing sebesar 5,48%, 4,35%, 2,53%, 2,47%,1,50%, 2,09%, 1,48%, 1,26% dan 0,79%. Pertumbuhannya masing-masing sebesar 10.292,7%, 175,4%, 75,0%, 384,8%, 137,2%, 408,5%, 63,5%, 17,7%, dan 129,3%. (Robert James Bintaryo, 2010)


            Nilai ekspor ke negara Brasil juga mengalami kenaikan cukup mengembirakan. Selama awal 2010 ekspor Non Migas ke Negeri Samba ini mencapai US$ 172,5 juta, meningkat sebesar 96,4% dibanding ekspor periode yang sama di tahun 2009. Pangsa ekspor nonmigas ke Brazil mengalami peningkatan, dari 0,71 % menjadi 0,94 %. Sepuluh dari 20 jenis barang impor terbesar Brazil termasuk jenis barang ekspor terbesar Indonesia ke Brazil. Barang-barang tersebut adalah bahan kimia organic dengan pangsa 0,15%, berbagai produk kimia (0,32%), plastik dan barang dari plastik (0,18%), karet dan barang – barang yang berasal dari  karet (4,49%), kertas dan karton (4,40%), filamen buatan (10,34%), mesin -  mesin dan pesawat mekanik (0,20%), mesin dan peralatan listrik (0,56%), kendaraan dan bagiannya (0,60%) dan perangkat optik (0,08%). Pesaing utama produk Indonesia di pasar Brazil adalah China, Thailand, India, Malaysia, dan Vietnam. (Robert James Bintaryo, 2010)

            Namun impor di awal tahun 2010 mengalami kenaikan yang signifikan terutama impor bahan baku dan penolong. Peningkatan impor ini di dorong oleh meningkatnya impor seluruh golongan barang, dimana bahan baku dan penolong mengalami peningkatan sebesar 55,3%. Impor barang modal naik 37,4% dan barang konsumsi naik 56,0%, tetapi  kontribusi terhadap total impor hanya sebesar 6,9%. Walaupun kondisi peningkatan impor cukup tajam, hal ini mengindikasikan bahwa kondisi pengindustrian Indonesia membaik. (Robert James Bintaryo, 2010)

            Bergerak dari kuartal pertama yang mengalami kemajuan dari berbagai sisi. Pada tahun 2010 ini kondisi neraca perdagangan terus mengalami peningkatan yang terus bergerak naik. Walaupun mengalami fluktuasi perdangangan ekspor maupun impor. Neraca perdagangan Indonesia hingga September 2010, menunjukkan surplus yang mencapai US$ 13,5 miliar jauh melampaui surplus di periode yang sama tahun 2008 yang hanya sebesar US$ 6 miliar. Surplus perdagangan tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor yang meningkat 38,3 persen. Surplus neraca perdagangan hingga bulan September 2010 mengalami peningkatan sebesar 14,2% dari surplus periode yang sama tahun 2009 dan meningkat 124,7% dari surplus tahun 2008 pada periode yang sama. Surplus perdagangan selama tahun 2010 disumbang oleh surplus perdagangan sektor Non Migas yang mencapai US$ 14 miliar, sementara itu perdagangan sektor migas mengalami defisit US$ 0,5 miliar(Grafik 4).
Grafik 4. Neraca Pedagangan Indonesia Non Migas Tahun 2010
Rata – rata dari neraca perdagangan di atas merupakan hasil dari menguatnya nilai ekspor yang terjadi selama Januari-September 2010. Nilai ekspor tersebut mencapai US$ 110,8 miliar, naik 38,3% dari periode yang sama tahun 2009, dan 12,3% lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2008. Ekspor tahun 2010 mengalami pertumbuhan lebih cepat dibanding sebelum masa krisis (tahun 2008). Peningkatan ekspor ini mendorong percepatan pemulihan perdagangan luar negeri. (Yati Nuryati, 2010)

            Kuatnya kinerja ekspor hingga September 2010 ini terutama di sebabkan oleh ekspor Non Migas yang mencapai angka tertinggi selama empat tahun terakhir sejak 2007, yang mampu memberikan angka rata-rata bulanan sebesar US$ 10,2 miliar jauh di atas angka rata-rata kinerja ekspor non migas bulanan selama tahun 2008 yang sebesar US$ 9,3 miliar. Jauh di atas periode yang sama ditahun 2009 dan 2008. Dan mengalami pertumbuhan sebesar 34,9%.

            Pada kuartal ini juga  mengalami peningkatan ekspor dari manufaktur dan pertambangan. Ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 25,5%. Sampai dengan kuartal III tahun 2010 nilai ekspor manufaktur Indonesia naik menjadi US$ 68,9 miliar. Pertumbuhan yang pesat ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis global yg terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia, begitu juga permintaan terhadap produk sector pertambangan dan pertanian. Peningkatan ekspor disektor pertambangan dan pertanian masing-masing mencapai 42% dan 15,7%. (Yati Nuryati, 2010)

            Menguatnya produk manufaktur juga mempengaruhi produk – produk lainya seperti 10 komoditi utama ekspor Non Migas Indonesia semisal karet, produk otomotif, alas kaki, produk hasil hutan dan kakao. Hasil penelitian Thiono (2009) menunjukkan bahwa ekspor produk manufaktur Indonesia masih cukup baik, temasuk di dua pasar penting yakni Jepang dan Amerika Serikat. Pangsa ekspor manufaktur Indonesia di Jepang masih relatif stabil, yaitu sekitar 1% dan di Amerika Serikat sekitar 0,4-0,5% terhadap total nilai impor dari masing-masing negara tersebut. (Yati Nuryati, 2010)

            Di tahun 2010 ditutup dengan kondisi ekspor dan impor mengalami kemajuan signifikan, bahkan mulai bisa mengungguli sebelum krisis. Hal ini dibuktikan dengan 22 produk yang mengalami kemajuan signifikan. 22 produk tersebut dibagi kedalam 4 macam pokok :
1.      1. Produk dengan pertumbuhan ekspor tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor Non Migas kecil. Hanya terdapat satu produk mengalami pertumbuhan tinggi akan tetapi kontribusinya terhadap total ekspor Non Migas kecil, komoditi tersebut adalah Bubur Kayu/Pulp (HS 47) dengan pertumbuhan 43,5% tetapi kontribusi hanya 1,2%.

2.      2. Produk dengan pertumbuhan ekspor cukup besar dan kontribusinya terhadap ekspor Non Migas tinggi. Produk yang memiliki pertumbuhan rata-rata ekspor yang cukup besar ini juga memiliki pangsa rata-rata besar selama tiga bulan terakhir ini adalah Lemak & Minyak Hewan/Nabati (HS 15) dan Bijih, Kerak,, Dan Abu Logam (HS 26) dengan pertumbuhan masingmasing sebesar 20,2% dan 13,9% dan pangsa keduanya adalah 20,4%.

3.      3. Produk dengan pertumbuhan kecil tetapi kontribusinya terhadap ekspor Non Migas tinggi. Pada periode ini, produk yang memiliki pertumbuhan kecil tetapi kontribusinya tinggi adalah Mesin/Peralatan Listrik (HS 85) dengan pertumbuhan hanya 1,5% tetapi kontribusi cukup tinggi yaitu 8,1%.
Produk Ekspor Yang Mengalami Pertumbuhan Positif

1.      4. Produk dengan pertumbuhan sangat tinggi tetapi kontribusinya terhadap ekspor Non Migas kecil sekali. Terdapat satu produk yang memiliki pertumbuhan sangat signifikan kenaikann, akan tetapi kontribusinya sangat kecil sekali, produk tersebut adalah Pupuk (HS28) dan Pupuk (HS 31) dengan pertumbuhan sebesar 367% tetapi kontribusi tidak lebih dari 0,2% dari keseluruhan total ekspor non migas Indonesia.

Untuk produk impor sendiri  terdapat 14 produk atau sekitar 14% komoditi yang mengalami pertumbuhan positif. Dari keempat produk tersebut semuanya memiliki kontribusi yang sangat kecil, yaitu hanya menyumbang sekitar 2,7 % terhadap total ekspor Non Migas. Dengan pertumbuhan yang juga tidak terlalu bagus. Hanya hasil karya seni (HS 97) yang memiliki pertumbuhan cukup tinggi yaitu sekitar 30%. Diikuti oleh Payung (HS 66); Ikan dan Udang (HS 03); Tembakau (HS 24) dan Lokomotif dan Peralatan Kereta Api (HS 86) yang masing – masing memiliki pertumbuhan 20%; 19%; 13% dan 11%. Selebihnya hanya memiliki pertumbuhan dibawah 10%. (Yati Nuryati, 2010)


Pada tahun 2011 secara umum kondisi perdagangan Indonesia mengalami kenaikan - kenaikan yang cukup membanggakan. Mulai dari ekspor Non Migas yang semakin merajai pangsa pasar di negara – negara modern maupun tradisional, dampak dari bencana alam di Jepang, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara yang menyebabkan neraca perdagangan mengalami surplus. Terutama Jepang pasca mengalami bencana alam gempa bumi dan tsunami ditambah dengan bocornya reactor nuklir yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat Jepang. Setali tiga uang dengan Jepang, negara – negara yang mengalami krisis politik semisal Mesir dan Libya yang membutuhkan hasil – hasil dari komoditi – komoditi Non Migas.

Akan tetapi, bukan tanpa tantangan di tahun 2011 ini, kondisi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih di Eropa dan Amerika bagian Utara. Namun, hal itu tidak akan menjadi bencana bagi perekonomian Indonesia sendiri.

Neraca Perdagangan Indonesia

Ekspor Non Migas didominasi sektor industri meskipun peningkatannya ditopang oleh seluruh sektor ekspor Non Migas terutama didominasi oleh barang-barang industri. Pada periode Januari – September 2011, pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor sektor industri sebesar 33,4%, dari US$ 68,8 miliar menjadi US$ 91,8 miliar. Pertumbuhan ekspor Non Migas sebesar 31,7% selama Januari – September 2011 bersumber dari pertumbuhan produk industri sebesar 25%, pertambangan 6,4%, dan pertanian 0,2%. Dominasi dan kenaikan ekspor barang – barang dari sektor industri, bisa menjadi indikator bahwa industri di Tanah Air terus menggeliat, seiring digalakkannya hilirisasi industri. Selama Januari – Agustus 2011, hampir seluruh nilai ekspor 10 produk utama Non Migas mengalami peningkatan, kecuali produk kakao. Volume ekspor kakao olahan mengalami peningkatan sebesar 86,4%, tetapi ekspor biji kakao mengalami penurunan sebesar 50,1%. Kenaikan ekspor kakao olahan dan produk manufaktur lainnya seperti Tekstil dan Produk Tekstil, Karet dan Produk Karet, Alas Kaki dan Otomotif mengindikasikan peningkatan output sektor industri manufaktur tersebut yang juga mencerminkan perkembangan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi industri. Komoditi yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor terbesar adalah karet, kopi dan sawit dengan masing-masing tumbuh sebesar 70,7%, 52,6% dan 50,2% (Grafik 5). Pertumbuhan ekspor karet, kopi dan sawit didorong oleh peningkatan harga di pasar internasional. (Kasan Muhri, 2011)
Grafik 5. Perkembangan Ekspor Produk Utama
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Setelah krisis yang melanda dunia akibat salah satu perusahaan Amerika Serikat kolaps, Indonesia secara tidak langsung mengalami dampak dari kondisi ini dengan disuspendnya Bursa Efek Indonesia selama beberapa hari.

Namun, pelan tapi pasti pemerintah Indonesia yang bermodalkan pegngalaman krisis yang melanda bangsa ini pada 1998 lalu, membangun kembali perekonomian Indonesia dengan cara mempercepat produksi Non Migas, sehingga dapat diekspor ke beberapa negara – negara yang sedang mengalami dampak terberat krisis dunia ini. Kopi, kakao, udang, otomotif, alas kaki, produk hasil hutan, karet dah produk karet, elektronik dan TPT adalah sepuluh komoditi paling utama yang diunggulkan oleh Indonesia.

Pada tahun 2010 neraca perdagangan Indonesia sedang mengalami masa landing dari dampak krisis yang mengguncang dunia. Dari sekian banyak komponen yang menunjang neraca perdagangan Indonesia, factor – factor pertumbuhan ekspor dan impor menjadi unsur penting. Dengan meraih beberapa momentum, Indonesia pada waktu itu meraih peringkat ketiga sebagai negara yang bisa memperbaiki kondisi neraca perdagangan dibelakang China dan Hongkong. Peringkat tersebut tidak akan digenggam oleh bangsa Indonesia tanpa kontribusi dari negara India dan Korea Selatan yang secara perlahan menjadi pangsa pasar sector Non Migas.
Di tahun 2011, semuanya bak air yang mengalir dari hulu ke hilir, sangat deras. Itulah perumpamaan untuk mengambarkan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang semakin hari semakin merangkak naik dan mulai merambah ke bidang perindustrian. Sehingga tanpa terasa Indonesia semakin menancapkan kukunya di sector Non Migas ini. Apalagi dengan adanya bencana alam yang terjadi di Jepang, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara menjadikan Indonesia menjadi negara pengekspor barang – barang dari sector ini. Dan belum pulihnya kondisi perekonomian Eropa dan Amerika Utara menjadikan Indonesia semakin kuat di dalam perdagangan Internasional.
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Setelah krisis yang melanda dunia akibat salah satu perusahaan Amerika Serikat kolaps, Indonesia secara tidak langsung mengalami dampak dari kondisi ini dengan disuspendnya Bursa Efek Indonesia selama beberapa hari.

Namun, pelan tapi pasti pemerintah Indonesia yang bermodalkan pegngalaman krisis yang melanda bangsa ini pada 1998 lalu, membangun kembali perekonomian Indonesia dengan cara mempercepat produksi Non Migas, sehingga dapat diekspor ke beberapa negara – negara yang sedang mengalami dampak terberat krisis dunia ini. Kopi, kakao, udang, otomotif, alas kaki, produk hasil hutan, karet dah produk karet, elektronik dan TPT adalah sepuluh komoditi paling utama yang diunggulkan oleh Indonesia.

Pada tahun 2010 neraca perdagangan Indonesia sedang mengalami masa landing dari dampak krisis yang mengguncang dunia. Dari sekian banyak komponen yang menunjang neraca perdagangan Indonesia, factor – factor pertumbuhan ekspor dan impor menjadi unsur penting. Dengan meraih beberapa momentum, Indonesia pada waktu itu meraih peringkat ketiga sebagai negara yang bisa memperbaiki kondisi neraca perdagangan dibelakang China dan Hongkong. Peringkat tersebut tidak akan digenggam oleh bangsa Indonesia tanpa kontribusi dari negara India dan Korea Selatan yang secara perlahan menjadi pangsa pasar sector Non Migas.
Di tahun 2011, semuanya bak air yang mengalir dari hulu ke hilir, sangat deras. Itulah perumpamaan untuk mengambarkan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang semakin hari semakin merangkak naik dan mulai merambah ke bidang perindustrian. Sehingga tanpa terasa Indonesia semakin menancapkan kukunya di sector Non Migas ini. Apalagi dengan adanya bencana alam yang terjadi di Jepang, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara menjadikan Indonesia menjadi negara pengekspor barang – barang dari sector ini. Dan belum pulihnya kondisi perekonomian Eropa dan Amerika Utara menjadikan Indonesia semakin kuat di dalam perdagangan Internasional.

        Tanpa peran serta masyarakat dan pemerintah yang mau belajar dari pengalaman krisis moneter dan politik di tahun 1998, bangsa Indonesia tidak akan bisa recovery kembali dan mengusai sector perdagangan di sector Non Migas ini. Secara tidak langsung hal ini menjadikan suplus bagi neraca perdagangan Indonesia. Dampak yang mulai tampak di masyarakat Indonesia adalah semakin banyaknya rakyat yang mulai bisa keluar dari jarum kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA 
http://www.kamusbesar.com/27258/nonmigas diunduh Jum’at, 23 Maret 2012 09:12:44
Bintaryo, Robert James. (2010), Kinerja Ekspor Februari 2010 Terus Membaik, Jakarta: Pusat Humas Kementerian Perdagangan.
Muhri, Kasan. (2011), Kinerja Ekspor Non Migas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor, Jakarta: Pusat Humas Kementerian Perdagangan.
Yati Nuryati, Deasi Natalia, Nurozy. (2010), Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia, Jakarta:  Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Anonim. (2010), Penyusunan Percatatan Perdagangan Indonesia, Jakarta:  Pusat Data Perdagangan Badan LITBANG Perdagangan.

Muhri, Kasan. (2011), Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Bulan September 2011 Masih Menguat, Naik 35% Dibanding September 2010, Jakarta: Pusat Humas Kementerian Perdagangan.

Posting Lama

One Response to “Kinerja Neraca Perdagangan Indonesia Sektor Non Migas 2009 - 2011”

  1. CASINO JOURNEY - JUMBAH TUMBIA - JtmHub
    CASINO JOURNEY - JUMBAH TUMBIA. JMARTINI CASINO JOURNEY. 나주 출장안마 JAMBAH 충청남도 출장샵 TO THE HEARTMARTINI. JAMES'S CIRCUIT. 영천 출장마사지 CASINO JOURNEY. CASINO 이천 출장안마 JOURNEY. JAMBAH TO 양산 출장마사지 THE HEARTMARTINI. JAMES'S CIRCUIT.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.